Repository Karya Dosen



HUBUNGAN ANTARA JENIS ASUPAN ASAM AMINO DAN RISIKO STUNTING PADA BALITA DI KOTA MALANG

Kumpulan : Jurnal Ilmiah (Non-Kategori) [Indonesia]
Edisi/Volume : ,
Pengarang : Annisa Rizky Maulidina, S.Gz, M.Sc., Ir. Endang Sutjiati M.Kes
Klasifikasi/Subjek : ,
Penerbitan : POLITEKNIK KESEHATAN MALANG JURUSAN GIZI, Malang: 2018.
Bahasa : Indonesia
PENYIMPANAN
Lokasi : PUSAT-25-A-
Jumlah : 1

Abstraksi

ABSTRAK Pada tahun 2017, sekitar seperempat populasi balita di dunia mengalami masalah stunting, dimana hampir seluruhnya berada di negara berpendapatan rendah. Di Indonesia, prevalensi balita pendek mencapai 29.6%. Di Kota Malang, prevalensi balita dengan status gizi pendek adalah 27.4% di 2017, lebih tinggi daripada rerata prevalensi stunting di wilayah Provinsi Jawa Timur (26.7%). Salah satu faktor risiko stunting adalah asupan protein yang kurang memadai, yang dapat dilihat dari jumlah asupan asam amino esensial (AAE). Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain kasus-kontrol (case-control) dengan metode purposive sampling yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kedungkandang Kota Malang. Pada penelitian ini, dilakukan wawancara kepada ibu balita dengan kuesioner dan pengukuran antropometri meliputi berat badan dan tinggi atau panjang badan balita. Asupan makan balita dikumpulkan melalui metode semi-quantitative food frequency questionnaire. Analisis data menggunakan independent sample t-test dan regresi logistik dengan program SPSS for Windows. Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan, 23 balita stunting menjadi kelompok kasus dan 57 balita normal menjadi kelompok kontrol. Asupan AAE Histidin (1.36±0.42 g) dan Isoleusin (2.44±0.78 g) pada kelompok kasus lebih rendah secara signifikan daripada kelompok kontrol (p=0.038). Dibandingkan dengan kebutuhan WHO 2007, asupan 7 dari 9 AAE pada kelompok kasus tidak terpenuhi (p<0.05). Faktor risiko stunting pada balita meliputi penghasilan keluarga per bulan kurang dari Upah Minimum Regional (OR=12.06, 95%CI 1.83-79.53, p=0.010), balita underweight atau kurus (OR=7.11, 95%CI 1.49-33.93, p=0.014), riwayat pemberian ASI <6 bulan (OR=5.34, 95%CI 1.28-22.20, p=0.021), dan kurangnya asupan AAE Metionin (OR=0.14, 95%CI 0.03-0.67, p=0.014). Dari penelitian ini, ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara asupan AAE dengan risiko stunting pada balita, terutama AAE Metionin. Faktor lain yang menyebabkan risiko stunting adalah penghasilan


Lampiran

File Abstraksi : [ Unduh ]